Kamis, 13 Oktober 2011

PROPOSAL PENELITIAN HISTORIS (KESULTANA BIMA) pada masa sultan ismail dan sultan abdul azis


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Sultan Ismail adalah putra dari sultan Abdul Hamid, dilahirkan pada tanggal 1 zulhijah 1211 H (1795) M di lantik menjadi sultan pada tanggal 8 safar 1235 h dan wafat pada tahun 1854, kemudian di beri gelar Ma Wa’a Alu karena beliau berbudi luhur dan bersikap sopan santun.
Pada awal pemerintahan Sultan Ismail, kesultanan Bima baru saja lepas dari kemiskinan dan kelaparan akibat meletusnya gunung tambora, serangan bajak laut, dan musim kemarau panjang. Pada saat itu kesultanan Bima laksana seorang yang baru saja sembuh dari penyakit yang cukup parah. Sultan Ismail bersama  Ruma bicara Abdul Nabi bekerja keras untuk meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat.
Pada masa kekuasaan Inggris (1811-1816 M) Bima tidak terikat lagi dengan monopoli Belanda sejak itu hubungan Bima dengan Inggris berjalan lancar. walaupun Inggris tidak berkuasa lagi di Indonesia, sesuai dengan konfensi London yang di tanda tangani tanggal 13 agustus 1814 M, namun hubungan diplomatik dengan Inggris terus berjalan. letnam jendral raffles yang berada di Singapura sejak tanggal 28 januari 1819 M, selalu mengirimkan surat ke Bima melalui para pedagang Indonesia. Sultan Abdul Hamid membalas surat raffles dan menyatakan simpati kepada Inggris, Portugis dan bangsa asing lainnya mengundang kemarahan Belanda.
Keberhasilan utusan yang di kirim pada tahun 1820, merupakan peluang bagi Belanda untuk menginkat Bima dalam perdagangan, beberapa saat setelah itu sultan Ismail dipasksa untuk menanda tangani perjanjian yang isinya antara lain. Yaitu Angkatan laut Bima tidak boleh mengganggu dan mengerang kapal-kapal dagang    Belanda, Angkatan laut Bima harus membantu angkatan laut Belanda dalam menyerang pelaut-pelaut Makasar, Kesultanan Bima harus mengerahkan upetik berupa beras, ternak, dan hasil bumi lainnya terhadap Belanda.di samping itu pelabuhan lawa due harus di serahkan kepada Belanda untuk mendirikan banteng.

Menanggapi isi perjanjian itu, sultan Ismail bersama ruma bicara Abdul Nabi pada mulanya menunjukkan sikap menentang dan tidak setuju. kalau isi perjanjian itu di terima, berarti hilang kedaulatan Bima, sebaliknya kalau di tolak akan di serang  oleh Belanda. tak itu amat memojokan posisi sultan, sebab pada hakekatnya isi perjanjian itu sama saja merampas kedaulatan secara terselubung. dalam keadaan yang serba sulit itu, sultan Ismail yang di juluki Ma Wa,a  Alu beserta ruma bicara Abdul nabi yang sudah berusia lanjut terpaksa menerima isi perjanjian, dengan perhitungan apabila di tolak  akan menimbulkan peperangan yang melibatkan seluruh  rakyatnya, hal ini tidak di inginkan  oleh sultan yang terkenal memiliki budi yang halus (ma wa’a alu). Sebaliknya kalau di terima, masih ada kesempatan bagi sultan untuk membina dan membimbing rakyat dengan satu keyakinan bahwa di suatu saat nanti rakyat akan mampu melawan Belanda.
Sejak saat itu hubungan Bima dengan Belanda semakin panas , sultan Ismail dan wasir ruma bicara Muhammad yakub tidak loyal lagi terhadap perjanjian  dengan Belanda. Kesultanan Bima tidak mungkin menyerang para pelaut makasar yang merupakan teman seperjuangan dalam melawan Belanda. Penyerahan upeti yang diharapkan oleh Belanda tidak berjalan lancar, kesultanan bima tetap menjalankan politik dagang bebas,. Para pedagang dalam dan luar negeri tetap menjalankan kegiatan perdagangan dengan kesultanan bima, hal ini pasti mengundang kemarahan Belanda.
Sultan Ismail dan wasir ruma bicara Muhammad Yakub memahami taktik tersebut, sebelum Belanda melakukan penyerangan  kesmpatan itu dimanfaatkan  guna menyusun langkah-langkah menghadapi segala kemungkinan. Langkah-langkah yang ditempuh antara lain yaitu, Meningkatkan kembali kestabilan ekonomi yang terganggu akibat letusan gunung tambora, musin kemarau panjang dan serangan bajak laut yang terjadi pada masa pemerintahan sultan abdul haid, Memajudkan perdagangan, sultan bersama ruma bicara melaksanakan pembangunan dalam bidang pertanian dan peternakan, Di samping memajudkan pertanian dan peternakan sultan bersama ruma bicara  mulai meningkatkan pengembangan perikanan laut, Disamping bidang ekonomi sultan bersama ruma bicara berusaha meningkatkan penyempurnaan dan pembinaan di bidang pertahanan dan keamanan.
Demi terpeliharannya  keamanan di laut diusahakan pula peningkatan kemampuan  dan penyempurnaan armada laut, baik dari segi personil maupun struktur organisasi. Sejalan dengan itu armada laut Bima di bagi menjadi dua  bagian yaitu armada yang menangani keamanan perdagangan armada pertahanan keamanan yang bertugas untuk menjaga  serangan-serangan yang datang dari luar. Dalam kesaruan angkatan laut Bima terdapat pula pelaut-pelaut makasar dan pelaut ternate yang datang menggabungkan diri dengan suka rela. Dengan demikian angkatan laut Bima merupakan gabungan dari laskar Bima bersama pelaut Makasar, Ternate dan Tidore.
Bersamaan dengan upaya peningkatan kemampuan angkatan bersenjata diusahakan pula peningkatan kesadaran cinta tanah air dan agama dikalangan rakyat, sehingga menrka kan memiliki jiwa patriotisme yang tinggi, jiwa patriotisme dihidup suburkan melalui kesenian terutama melalui seni tari dan seni sastra Tindakan wasir ruma bicara muhammada yakub merupakan penolakan terhadap kekuasaan Belanda, namun harus diakui  bahwa tindakan yang drastis itu terutama yang menyangkut masalah pembubaran angkatan laut, akan merugikan kesultanan bima dalam melawan Belanda pada masa selanjutnya.
Pada saat hubungan Bima dengan Belanda semakin tidak sehat, wasir rumah bicara muhaamd yakub yang mandat membenci Belanda mengikat, beliau wafat pada tahun 1864 dan diberi gelar Ruma Ma Waa Kapenta Wadu dimakamkan di pena nae bata Bima. sejak itu Bima kehilangan pemimpin yang cerdas dan berani.
Pada masa pemerintahan sultan Abdul Azis, hubungan kesultanan bima dengan Belanda bagaikan api  dalam sekam, hanya menunggu saat untuk melahirkan satu peranan. perjanjian –perjanjian sudah dilaksanakan , namun tidak dapat meredakan suasana, karena kesultanan Bima dengan Belanda memiliki latar belakang politik dan pandangan hidup yang amat berbeda. Kesultanan Bima  adalah kesultanan islam yang menjunjung tinggi kemerdekaan dan keadilan, sebaliknya Belanda adalah penjajah yang menginjak-nginjak kemerdekaan dan keadilan. Sultan Abdul Azis dan wasir Ruma Bicara armada Daeng Manasa adalah dua tokoh yang mempunyai prinsip yang sama dalam melanjutkan kebijakan politik sultan Abdullah dan wasir truma bicara Muhammad yakub. Belanda menyadari sikap tegas dari kedua pemimpin itu namun untuk sementara waktu belum berani menyerang Bima karena sibuk menghadapi perang Aceh. Kebijakan sultan bersama Ruma Bicara ahmad Daeng Manasa, ternyata menimbulkan reaksi pro dan kontra yang menyebabkan timbulnya dua kelompok yang berbeda prinsip dalam menangani perjanjian dengan Belanda.
Mengingat leteratur sejarah Kesultranan Bima sangat minim apalagi sejarah hidup tokoh perjuangannya. Kalau dilihat kondisi sekarang masih banyak generasi muda Mbojo Bima hanya mengetahui kesultanan bima, Itupun melalui cerita dari mulut ke mulut, lebih-lebih mengetahui karakter keseharian, pandangan, sikap , ucapan, dan tindakan mereka..
Agar perjuangan kesultanan Bima tidak sirna begitu saja, sebagai generasi penerus, penulis dalam menyusun proposal penelitian ini berkewajiban moral untuk merangkum penggalan cerita perjuangan kesultanan bima lewat penyusunan karya ilmiah yang disusun dalam bentuk proposal penelitian. Pada hal ini adalah sebuah komoditas politik budaya yang bisa dijadikan vitamin pembangkit energi semangat juang masyarakat Bima yang tertidur pulas akibat dimarjinalisasikan dari abad ke abad oleh penguasa.
Inilah salah satu  pendorong penulis untuk menyusun proposal yang berjudul Kesultanan Bima pada masa pemerintahan sultan Ismail dan masa kesultanan Abdul Azis, dengan harapan agar bisa mengambil intisari dari perjuangan kesultanan bima dengan memperkaya khasanah literatur, pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga generasi muda terbuka terhadap modernisasi dan globalisasi sekarang dan yang akan datang.
B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka poko persoalan yang akan menjadi kajian dalam penyusunan proposal penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana perkembangan Bima pada masa Kesultanan Ismail
2.      Bagaimana perkembangan Bima pada masa Kesultanan Sultan Abdul Azis
C.     TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penulisan proposal ini adalah
1.      Mengetahui bagaimana perkembangan Kesultanan Bima pada masa pemerintahan Sultan Ismail.
2.      Mengetahui bagaimana perkembangan Kesultanan Bima pada masa pemerintahan Sultan Abdul Azis.
3.      Sebagai khasanah ilmu pengetahuan tentang sejarah Kesultanan Bima dan sebagai landasan dalam pengembangan keilmuan sejarah dan metodologi penelitian sejarah di kampus STKIP Taman Siswa Bima.
D.    MANFAAT PENELITIAN
Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penulisan proposal penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Sebagai karya ilmiah semoga dapat memberikan sumbangsih penulis kepada perkembangan dunia pendidikan khususnya ilmu sejarah di STKIP Taman siswa Bima.
2.      Dapat menjadi referensi atas penelitian yang terkait dengan tema pendidikan serta turut memberikan kontribusi dalam pengembangan keilmuan dari Jurusan sejarah
3.      Hasil dari penelitian ini semoga dapat dijadikan sumbangan pemikiran, masukan serta referensi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penulisan sejarah Bima dana mbojo..

E.     KAJIAN PUSTAKA
Dalam pembahasan kajian pustaka dan kerangka teori perlu diungkapkan kerangka acuhan komprehensif mengenai konsep, prinsip, atau teori yang digunakan sebagai landasan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Uraian dalam kajian pustaka diharapkan menjadi landasan teoritik mengapa masalah yang dihadapi dalam penelitian sejarah perlu dipecahkan dengan strategi yang dipilih. Kajian teoritik mengenai prosedur yang akan dipakai dalam pengembangan juga dikemukakan.
Buku yang menjadi kajian pustaka dalam penelitian ini adalah :
-          Buku yang berjudul mengenal kerajaan nusantara karangan deni prasetyo yang menjelaskan tentang keberadaan kerajaan bima serta perkembangan yang dimulai  dengan berdirinya kesultanan bima tahun 1620 dampai dengan tahun 1951. Inilah salah satu buku yang menjadi kajian dalam penulisan proposal penelitian ini.
-          Buku lain yang menjadi kajianya adalah buku dengan judul kerajaan bima dalam sastra sejarah karangan Henri Chamber Loir, wasamarta, lukman khatib. Dimana buku ini menjelaskan kerajaan asal usul kerajaan nusantara yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan politik, ekonomi, sosial dan budaya Kesultanan Bima.
Dengan adanya dua buku tersebut dalam melakukan penyusunan proposal penelitian ini sebagai bahan acaun dan perbandingan dalam penulisan sejarah kesultanan bima pada masa pemerintaha kesultanan sultan ismail dan kesultanan pada masa sultan abdul azis.

F.     HISTORIOGRAFI YANG RELEVAN

Historiografi atau penulisan sejarah merupakan tahapan akhir dari seluruh rangkaian dari Metode Historis. Tahapan Heuristik, Kritik Sumber, serta Interpretasi, kemudian di kolaborasi sehingga menghasilkan sebuah Historiografi. Penulisan sejarah kesultanan bima pada masa pemerintahan sultan abdul ismail dan sultan abdul azis  merupakan suatu penulisan yang mengungkapkan suatu peristiwa yang terjadi pada masa lalu yang menyangkut masalah sosial-budaya, ekonomi, politik masyarakat kesultanan bima sehingga dalam  penulisan ini akan tersirat sebuah penulisan sejarah lokal Bima khususnya daerah Bima tentang kesultanan bima.
Penulisan sejarah kesultanan Bima yang termuat dalam buku mengenal sejarah kerajaan nusantara serta buku yang berjudul kerajaan bima dalam sastra sastra sejarah merupakan buku yang menjelaskan tentang berdirinya kesultanan bima serta perkembangan terhadap kehidupan masytarkat bima. Oleh karena itu dalam penulisan proposal ini penulis mencoba menjelaskan tentang kesultanan bima pada mas pemerintah sultan ismail dan sultan abdul azis, oleh karen itu dengan adanya dua penulisan tersebut dapat dijadikan sebagai perbangidinga dalam penulisan sejarah kesultanan bima.
Penulisan proposal ini mempunyai keterkaitan antara penulisan terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti tetapi ada sedikit perbedaan terhadap isinya yaitu dua buku tersebut menjelaskan tentang kesultanan bima tetapi dalam penulisan proposal ini hanya menjelaskan tentang kesultanan bima pada masa pemerintahan sultan ismail dengan sultan abdul azis.

G.    METODE DAN PENDEKATAN PENELITIAN
1.      Metode Penelitian
Kejadian-kejadian  masa lampau itu demikian banyaknya sehingga tidak mungkin kita ketahui semua dan pelajari, seluruh waktu hidup kita tidak cukup untuk menjangkau, kejadian-kajadia yang dipelajari dalam sejarah itu pada pokoknya hanya meliputi kejadian-kajadian yang penting saja, kejadian yang mempunyai arti bagi kehidupan kemanusiaan
Metodologi penelitian sejarah tidak bias lepas dari  definisi sejarah secara umum, yaitu bahwa sejarah merupakan gambaran pengalaman manusia pada masa lalu. Adapun tujuan seorang sejarawan adalah untuk memperoleh pengetahuan tentang masa lampau kemudian menyajikannya. Metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode histories yaitu penyelidikan yang mengklafisikasikan metode pemecahan masalah ilmiah dari perspektif historis suatu masalah.
Proses awal yang dilalui oleh sejarawan untuk menulis sejarah dengan menentukan tema sesuai dengan minat dan keyakinan penulis. Hal ini diharapkan dapat memacu semangat penulis untuk meneliti secara sungguh-sungguh, jika dikerjakan dengan sungguh-sungguh maka akan mendapatkan hasil yang lebih baik.
Metode penelitian sejarah dalam penulisan proposal ini di bagi menjadi 4 langkah yaitu sebagai berikut :
a.       Heuristik
Tahap pertama adalah heuristic atau pengumpulan sumber. Sumber sejarah dapat berupa bukti yang ditinggalkan manusia yang menunjukan segala aktifitasnya di masa lampau baik berupa peninggalan-peninggalan maupun catatan-catatan. Sumber ini dapat ditemukan di perpustakaan-perpustakaa, dari internet, dan untuk arsip dapat diperoleh di kantor-kantor atau instansi-instansi tertentu dalam penulisan ini penulis menggunakan sumber yang berupa buku-buku dan internet.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan untuk menyusun kajian ini yakni:
1)      Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan secara langsung ke lapangan untuk meneliti serta mencari data-data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, agar dapat dibahas berdasarkan informasi atau bukti data-data yang ditemukan. Ada 2 teknik yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data-data dan informasi penelitian lapangan, yaitu:
-          Pengamatan (observasi)
Adalah suatu teknik yang dilakukan penulis untuk mengamati secara langsung objek yang berkaitan dengan penelitian  dan bukti-bukti sejarah Kesultanan Bima.
-          Tradisi lisan / Wawancara
Adalah suatu teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data dengan mencermati penuturan-penuturan informasi yang sifatnya turun-temurun dan dapat memberikan keterangan terhadap masalah yang akan diteliti untuk mewujudkan fakta-fakta dalam rangka penyusunan sejarah lokal tersebut, misalnya dengan mengadakan wawancara langsung dengan orang-orang yang mengetahui tentang hal-hal yang berkenaan sejarah Kesultanan Bima.
2)      Penelitian Kepustakaan
Yang dimaksud penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan atas karya tertulis, termasuk hasil penelitian baik yang telah maupun yang belum dipublikasikan. Dalam kajian kepustakaan ini peneliti akan mengadakan penelitian kepustakaan untuk mendapatkan informasi-informasi serta data-data yang berkaitan dengan peristiwa sejarah  tersebut.
Melalui penelitian kepustakaan ini sumber-sumber buku yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam penulisan skripsi ini. sumber perpustakaan yang akan di kaji adalah perpustakaan Daerah Bima (Samparaja), dinas Pendidikan kota dan Kabupaten bima, Perpustakaan STKIP Taman Siswa Bima  serta instansi-instansi yang berkaitan dengan peristiwa tersebut terjadi.
b.      Kritik sumber / Verifikasi
Penulisan sejarah dikenal dua macam sumber yaitu sumber primer dan sumber skunder. sumber primer adalah kesaksian dari seseorang dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan panca indra yang lain atau dengan alat mekanisme. Sumber kedua adalah sumber skunder, sumber skunder adalah merupakan kesaksian dari siapapun yang bukan saksi mata, yakni dari orang yang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkan.
Kritik sumber merupakan verifikasi sumber yaitu pengujian kebenaran atau ketetapan dari sumber sejarah. Kritik sumber ada dua yaitu  kritik eksteren dan kritik intern untuk menguji kredibilitas sumber.
-          Kritik eksternal
Hal ini berguna untuk menetapkan keaslian atau auntentitas data, dilakukan kritik eksternal. Apakah fakta peninggalan ata dokumen itu merupakan yang sebenarnya, bukan palsu. Berbagai tes dapat dipergunakan untuk menguji keaslian tersebut. Misalnya untuk menetapkan umum dokumen melibatkan tanda tangan, tulisan tangan, kertas, cat, bentuk huruf, penggunaan bahasa, dan lain-lain.
-          Kritik Internal
Setelah dilakukan suatu dokumen diuji melalui kritik eksternal, berikutnya dilakukan kritik internal. Walaupun dokumen itu asli, tetapi apakah mengukapkan gambaran yang benar, Bagaimana mengenai penulis dan penciptanya, Apakah ia jujur, adil dan benar-benar memahami faktanya, dan banyak lagi pertanyaan yang bisa muncul seperti diatas. Sejarahwan harus benar-benar yakin bahwa datanya antentik dan akurat. Hanya jika datanya autentik dan akuratlah sejarawan bisa memandang data tersebut sebagai bukti sejarah yang sangat berharga untuk ditelaah secara serius.
c.       Interpretasi
Tahap keempat adalah interpretasi atau penafsiran sejarah penulisan. Dalam tahap ini dilakukan analisis berdasarkan data-data yang diperoleh yang akhirnya dihasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penulisan yang utuh disebut dengan historiografi. Setelah penulis mengkomunikasikan hasil penelitiannya maka disebut tulisan atau karyai sejarah.
Interpretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut hingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Dari berbagi fakta yang ada kemudian perlu disusun agar mempunyai bentuk dan struktur. Fakta yang ada ditafsirkan sehingga ditemukan struktur logisnya berdasarkan fakta yang ada, untuk menghindari suatu penafsiran yang semena-mena akibat pemikiran yang sempit. Bagi sejarawan akademis, interpretasi yang bersifat deskriptif saja belum cukup. Dalam perkembangan terakhir, sejarawan masih dituntut untuk mencari landasan penafsiran yang digunakan.
d.      Historiografi
Setelah melakukan proses analisis dan sintesis, proses kerja mencapai tahap akhir yaitu historiografi atau penulisan sejarah. Proses penulisan dilakukan agar fakta-fakta yang sebelumnya terlepas satu sama lain dapat disatukan sehingga menjadi satu perpaduan yang logis dan sistematis dalam bentuk narasi kronologis.
Historiografi adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah dan berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah. Setelah melakukan penafsiran terhadap data-data yang ada, sejarawan harus sadar bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk kepentingan dirinya, tetapi juga untuk dibaca orang lain. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan struktur dan gaya bahasa penulisan nya. Sejarawan harus menyadari dan berusaha agar orang lain dapat mengerti pokok-pokok pemikiran yang diajukan.
2.      Pendekatan Penelitian
Dalam perkembangan metodologi sejarah, peneliti harus berusaha untuk saling mendekatkan antara sejarah dengan ilmu-ilmu sosial, maka ketika akan menganalisis berbagai peristiwa atau fenomena masa lampau, peneliti menggunakan konsep-konsep dari berbagai ilmu-ilmu sosial yang relevan dengan pokok kajian. Oleh karena itu tulisan ini melakukan pendekatan politik dan pendekatan sosial. Pendekatan politik adalah segala aktifitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan bermaksud mempertahankan suatu bentuk susunan masyarakat. Sedangkan pendekatan sosial adalah hubungan antar sesama serta manusia dengan lingkungannya yang ada pada suatu wilayah tertentu dengan berbagai bentuk hubungan yang harmonis dan baik. Pendekatan politik dan sosial dalam tulisan ini digunakan untuk mengetahui Kesultanan bima pada masa pemerintahan Kesultanan Ismail dan Kesultanan Abdul Azis.



H.    SISTIMATIKA PENELITIAN
Secara umum penelitian ini terdiri dari lima (5) bab, yaitu Bab I pendahuluan yang terdiri dari sub bab; (a) Latar Belakang  (b) Rumusan Masalah/Batasan Masalah (c) Tujuan Penelitian (d) Manfaat Penelitian (e) Kajian pustaka/Kajian teori (f) Historiografi Yang Relevan (g) Metode dan Pendekatan Penelitian yang terdiri dari : (i), Metode Penelitian  (ii), Pendekatan Penelitian, (h) Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan yang terdiri dari sub bab yaitu (a) gambaran umum wilayah penelitian. Bab III  yaitu  kesultanan bima pada masa pemerintahan sultan Ismail. Bab  IV yaitu kesultanan bima pada masa pemerintahan sultan abdul azis.. Sedangkan Bab V yaitu Penutup yang terdiri dari sub bab yaitu (a) Penutup (b) Kesimpulan







DAFTAR PUSTAKA
M. Nur Wahab, 1981. Mengenal Donggo dengan Pendidikan dan Kebudayaannya. Penerbit ; Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Donggo.
Syarifuddin Jurdi, 2004. Elite Muhammadyah dan Kekuasaan Politik, UGM PRESS.
----------------------, 2008 Pemikiran Islam Indonesia. Pustaka Cendekia Press. 2007.
Hendri Chamberl Loid, 2004. Kerajaan Bima Dalam Sastra dan Sejarah. Wisamarta, Lukman (khatib).
H. Abdullah Tajib, 1995. Sejarah Bima Dana Mbojo. Harapan Masa. Jakarta
Dudung Abdurahman, 2007. Metodolgi Penelitian Sejarah. Ar – Ruzz Media. Yogyakarta.
Syamsudin Helius, 2008. Metodologi Sejarah. Ombah, Yogyakarta
Pranoto Suhartono W, 2010. Teori dan Metodologi Sejarah, Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sharma, P . 2004. Sistem Demokrasi Yang Hakiki. Jakarta. Yayasan Menara Ilmu.
Syamsul Hadi Thubang, 2005. Pilkada Bima 2007 ; Era Baru Demokratisasi Lokal Indonesia
Suyanto Bagong, 2005. Metode Penelitian Sosial; Berbagai Alternatif Pendekatan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar